Selasa, 24 November 2015

menggunakan obat dengan bijak





MENGGUNAKAN obat dengan bijak harus dimulai dengan mau membaca kemasan dan kritis bertanya pada apoteker atau dokter. Pasalnya, beberapa obat tidak hanya bermanfaat sebagai penyembuh, tapi juga pencegah penyakit, sehingga penting bagi pengguna untuk memahami manfaat dan dampak dari obat.
"Beberapa obat yang tidak hanya berfungsi sebagai kuratif (penyembuh) tapi juga untuk fungsi preventif (pencegah) untuk mencegah kekambuhan atau efek samping. Jadi pengguna obat harus patuh sekaligus kritis saat menerima obat," kata Dirjen Bina Farmasi & Alkes Dra Maura Linda Sitanggang Apt, PhD, dalam temu media di Kantor Kemenkes RI, Jakarta, Selasa (24/11/2015).
Maraknya kasus resistensi antibiotik adalah salah satu dampak dari kurangnya pemahaman dan informasi tepat yang diterima masyarakat tentang penggunaan obat, menurut Maura. Mengutip dari data Riskesdas 2013, sekira 27,8 persen rumah tangga masih menyimpan antibiotik, yang masih digunakan untuk mengobati indikasi yang tidak semestinya, seperti flu dan diare.
"Kurangnya pemahaman masyarakat dan informasi yang memadai tentang penggunaan obat menyebabkan penggunaan antobiotik secara tidak tepat yang memicu resistensi, penggunaan obat bebas dan bebas terbatas tanpa informasi dan supervisi tenaga kesehatan, dan kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan benar," lanjutnya.
Lebih lanjut, Maura menambahkan bahwa apoteker dan tenaga farmasi juga sangat berperan penting dalam penggunaan obat secara rasional. Tenaga kesehatan juga harus aktif menjelaskan kepada masyarakat agar cermat dalam menggunakan obat.
"Masyarakat harus kritis ketika mendapat resep dokter. Ketika menebus obat, harus ditanya terlebih dahulu, obat yang dituliskan berguna untuk apa. Kalau membeli obat sendiri baca indikasinya, kandungan obat, jenis obat, kontra indikasi, aturan pakai, dan sebagainya. Bila perlu tanya informasi yang jelas dari apoteker," pesannya

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Hidup Sehat